![]() |
| Kadistanbun Kabupaten Bireuen bersama unsur Kementan RI menyapa masyarakat di rangkaian "Khanduri Babah Lueng" di Kecamatan Samalanga (2/11). |
BIREUEN – Menjelang musim tanam padi, masyarakat di Kecamatan Samalanga Kabupaten Bireuen, Aceh, kembali menggelar tradisi turun-temurun yang sarat makna yaitu Kenduri "Babah Lueng" di Batee Iliek, Kecamatan Samalanga pada Minggu (2/11).
![]() |
| Penyuluh pertanian Kecamatan Samalanga foto bersama Kadistanbun dan Bupati Bireuen. |
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Bireuen, Mulyadi, mengatakan, kenduri Babah Lueng biasanya digelar di lokasi yang strategis, tepat di mulut alur atau pintu air utama bendungan yang mengalir ke area persawahan.
Momen ini dilaksanakan sebelum air dialirkan kembali ke sawah, menandai dimulainya siklus bercocok tanam yang baru.
"Warga secara mandiri dan gotong royong mempersiapkan seluruh keperluan kenduri. Hewan ternak, umumnya digunakan adalah kerbau, disembelih dan dimasak bersama-sama menjadi hidangan khas yang dinikmati seluruh warga setelah doa bersama," ujar Kadistanbun, Mulyadi.
Lebih lanjut dikatakan, suasana kekeluargaan terasa kental ketika masyarakat duduk bersila di tepi sungai, menikmati santapan dan berbagi cerita tentang harapan di musim tanam yang akan datang.
"Bagi masyarakat Bireuen, khususnya Samalanga, kenduri Babah Lueng bukan sekadar ritual adat. Namun tradisi ini juga bisa memupuk rasa kebersamaan, solidaritas, dan tanggung jawab sosial, di tengah kehidupan agraris yang masih menjadi tulang punggung ekonomi daerah," imbuhnya.
Selain itu, kegiatan ini juga menjadi bagian dari pelestarian kearifan lokal Aceh, memperkuat identitas budaya yang diwariskan lintas generasi.
Untuk setiap pelaksanaan kenduri itu sendiri dikoordinasi oleh Kemukiman yang dipimpin oleh seorang Mukim, sebagai bentuk struktur sosial tradisional yang tetap eksis hingga kini.
Zulkifli, Ketua Mukim di Kecamatan Samalanga mengatakan, walau dalam arus modernisasi yang semakin deras, tradisi Kenduri Babah Lueng menjadi pengingat bahwa nilai-nilai syukur, gotong royong, dan penghormatan terhadap alam masih relevan didalam masyarakat tani.
Upacara ini mempererat hubungan antar warga dan menjaga keseimbangan antara manusia dan lingkungan, sebuah filosofi hidup yang mengakar kuat dalam budaya masyarakat Aceh.
Masyarakat tani Samalanga masih konsisten menjaga tradisi ini sebagai warisan budaya yang terus hidup hingga segala zaman.
"Warga secara mandiri dan gotong royong mempersiapkan seluruh keperluan kenduri. Hewan ternak, umumnya digunakan adalah kerbau, disembelih dan dimasak bersama-sama menjadi hidangan khas yang dinikmati seluruh warga setelah doa bersama," ujar Kadistanbun, Mulyadi.
Lebih lanjut dikatakan, suasana kekeluargaan terasa kental ketika masyarakat duduk bersila di tepi sungai, menikmati santapan dan berbagi cerita tentang harapan di musim tanam yang akan datang.
"Bagi masyarakat Bireuen, khususnya Samalanga, kenduri Babah Lueng bukan sekadar ritual adat. Namun tradisi ini juga bisa memupuk rasa kebersamaan, solidaritas, dan tanggung jawab sosial, di tengah kehidupan agraris yang masih menjadi tulang punggung ekonomi daerah," imbuhnya.
Selain itu, kegiatan ini juga menjadi bagian dari pelestarian kearifan lokal Aceh, memperkuat identitas budaya yang diwariskan lintas generasi.
Untuk setiap pelaksanaan kenduri itu sendiri dikoordinasi oleh Kemukiman yang dipimpin oleh seorang Mukim, sebagai bentuk struktur sosial tradisional yang tetap eksis hingga kini.
Zulkifli, Ketua Mukim di Kecamatan Samalanga mengatakan, walau dalam arus modernisasi yang semakin deras, tradisi Kenduri Babah Lueng menjadi pengingat bahwa nilai-nilai syukur, gotong royong, dan penghormatan terhadap alam masih relevan didalam masyarakat tani.
Upacara ini mempererat hubungan antar warga dan menjaga keseimbangan antara manusia dan lingkungan, sebuah filosofi hidup yang mengakar kuat dalam budaya masyarakat Aceh.
Masyarakat tani Samalanga masih konsisten menjaga tradisi ini sebagai warisan budaya yang terus hidup hingga segala zaman.
Bupati Bireuen, Mukhlis, turut hadir dalam suasana tersebut disertai Camat Samalanga, Camat Simpang Mamplam, Penyuluh Partanian dan sejumlah tokoh masyarakat hingga tokoh agama.









Social Header