Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin (RSUZA) Banda Aceh mencatat jumlah pasien yang cuci darah (hemodialisa) mencapai 280 orang pada tahun 2023. Sementara sebanyak 145 orang dewasa mendominasi tindakan cuci darah dalam kategori tersebut.
Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Instalasi Hemodialisa RSUZA Banda Aceh, Cut Mela Yunita Sari saat dikonfirmasi. Ia merincikan data jumlah pasien cuci darah (HD) pada tahun 2023 berdasarkan kategori umur yakni anak lima orang, remaja delapan orang, dewasa 145 orang, lanjut usia (lansia) 122 orang.
Adapun pada tahun 2021 jumlah pasien cuci darah mencapai 219 berdasarkan kategori anak yakni empat orang, remaja lima orang, dewasa 114 orang, dan lansia 96 orang.
Kemudian pada tahun 2022 jumlah pasien yang melakukan tindakan cuci darah mencapai 296 orang berdasarkan kategori anak yakni 4 orang, remaja 7 orang, dewasa 163 orang. Lalu jumlah pasien yang menjalani tindakan cuci darah pada tahun 2021 sebanyak 21.831 tindakan, tahun 2022 mencapai 24.360 tindakan dan tahun 2023 sebanyak 27.441 tindakan Perlu diketahui 1 pasien bisa 2 hingga 3 kali cuci darah atau lebih setiap minggunya sehingga jumlah tindakan cuci darah (HD) terlihat banyak.
“Jumlah pasien usia dewasa yang cuci darah memang terlihat banyak meningkat, sedangkan anak dan remaja bertambah satu-satu. Kalau lansia karena ada penyakit lain dan konsumsi obat,” kata Cut Mela, Rabu (7/8/2024). Seperti dilansir dari bithe.co.
Ia melanjutkan sedangkan tindakan cuci darah pada anak-anak kadang terjadi karena bocor ginjal atau karena imun. Adapun kondisi diabetes yang tidak ditangani segera bisa menyebabkan kondisi pasien harus melakukan tindakan cuci darah.
Cut Mela menjelaskan cuci darah akut merupakan kelainan belum sampai 3 bulan dengan kondisi infeksi berat, sehingga ginjal pasien terpengaruh atau kondisi penyakit jantung yang berdampak ke ginjal. Ada juga cuci darah bersifat kronis yang umumnya cuci darah secara permanen.
Ia mengatakan data cuci darah yang dirangkum oleh tenaga kesehatan mencatat penyebab terbanyak adalah hipertensi namun jika digali lebih jauh penyebab utama cuci darah adalah karena darah manis (DM). Ia menuturkan kasus diabetes di Aceh tidak mengalami lonjakan secara tiba-tiba, namun jumlahnya tidak pernah turun bahkan cenderung naik.
Hal ini disebabkan banyak masyarakat mengkonsumsi makanan dan minuman manis. “Sebab darah manis yang berlangsung lama akan muncul hipertensi, jadi yang tercatat adalah hipertensi, sehingga penyebab terbanyak kerusakan ginjal adalah diabetes,” kata Cut Mela.
Ia menuturkan, apabila pasien yang sudah mengalami kerusakan ginjal biasanya darah manisnya tidak tinggi lagi. “Alasan kasus diabetes di Aceh tidak pernah turun karena pola diet dan pola makan kita salah,” ujarnya.
Selain itu banyak makanan dan minuman yang dijual di cafe dan warkop mengandung gula dengan kadar tinggi. Meskipun pengunjung meminta untuk dikurangi kadar gula, terkadang penyajiannya tetap luar biasa manis.
Menurutnya penyuluhan soal diabetes juga perlu menyasar ke penjual-penjual makanan dan minuman. Sebab takaran gula yang disajikan penjual sangat berlebihan dan ada masyarakat yang tidak teredukasi dengan baik soal diabetes.
Cut Mela menyarankan anak muda untuk mulai mengurangi mengkonsumsi makanan cepat saji atau minuman manis. Ia juga menyarankan untuk memakan buah atau jus tanpa tambahan gula dan menjalani pola diet sehat.
“Anak muda kita sering nongkrong di warkop ya, bisa memesan teh atau kopi tanpa gula. Atau menggunakan gula satu sendok saja. Kemudian mengimbangi dengan olahraga juga,” tutup Cut.
Social Header