![]() |
| Tangkapan layar kamera, guru SD Azkiya Bireuen sedang melihat ratusan omprengan MBG (18/9). |
![]() |
| Kepala Kejaksaan Negeri Bireuen Munawal Hadi SH MH, memantau langsung MBG di sekolah Azkiya Bireuen (18/9). |
Mereka melaporkan sejumlah makanan yang disajikan dalam program tersebut dalam kondisi basi, lembek, berlendir, asam, bahkan ditemukan ulat di dalam lauk udang.
Kepala SMP Azkiya Bireuen, Ratna Chairani Ulfa, S. Pd., Gr, yang dikonfirmasi wartawan Pada Kamis (18/9/2025), membenarkan kejadian itu.
"Iya pak, terdapat sejumlah makanan yang diterima anak-anak teksturnya lembek, berlendir, asam dan bahkan terdapat belatung di udang," ujarnya kepada wartawan.
Menurut Chairani, laporan pertama datang dari siswa yang mengeluhkan kondisi makanan. Informasi tersebut cepat menyebar dan memicu protes dari para orang tua murid.
Bahkan, beberapa siswa dilaporkan mengalami sakit perut setelah mengonsumsi makanan yang dibagikan dalam wadah omprengan.
Chairani berharap pihak penyedia makanan dan pengawas program MBG lebih serius memperhatikan kualitas sajian.
"Ini menyangkut kesehatan manusia. Jangan sampai program baik ini justru merugikan anak-anak," tegasnya.
Kasus di Azkiya Bireuen ini menjadi sorotan publik dan atensi sekaligus peringatan agar pengawasan distribusi dan kualitas makanan diperketat demi kesehatan dan keselamatan keselamatan anak-anak.
Informasi diperoleh, Kepala Kejaksaan Negeri Bireuen Munawal Hadi SH MH, turun langsung meninjau MBG dimaksud ke sekolah Azkiya bersama Camat Kota juang dan sejumlah pihak terkait.
Sementara itu, Darwati, S.P., selaku pengelola dapur MBG di bawah naungan Yayasan Meuseuraya, mengaku telah menerima laporan dari pihak sekolah Azkiya.
Ia menyampaikan permintaan maaf atas insiden tersebut dan berjanji memperbaiki kualitas distribusi makanan ke depannya.
Kepala SMP Azkiya Bireuen, Ratna Chairani Ulfa, S. Pd., Gr, yang dikonfirmasi wartawan Pada Kamis (18/9/2025), membenarkan kejadian itu.
"Iya pak, terdapat sejumlah makanan yang diterima anak-anak teksturnya lembek, berlendir, asam dan bahkan terdapat belatung di udang," ujarnya kepada wartawan.
Menurut Chairani, laporan pertama datang dari siswa yang mengeluhkan kondisi makanan. Informasi tersebut cepat menyebar dan memicu protes dari para orang tua murid.
Bahkan, beberapa siswa dilaporkan mengalami sakit perut setelah mengonsumsi makanan yang dibagikan dalam wadah omprengan.
Chairani berharap pihak penyedia makanan dan pengawas program MBG lebih serius memperhatikan kualitas sajian.
"Ini menyangkut kesehatan manusia. Jangan sampai program baik ini justru merugikan anak-anak," tegasnya.
Kasus di Azkiya Bireuen ini menjadi sorotan publik dan atensi sekaligus peringatan agar pengawasan distribusi dan kualitas makanan diperketat demi kesehatan dan keselamatan keselamatan anak-anak.
Informasi diperoleh, Kepala Kejaksaan Negeri Bireuen Munawal Hadi SH MH, turun langsung meninjau MBG dimaksud ke sekolah Azkiya bersama Camat Kota juang dan sejumlah pihak terkait.
Sementara itu, Darwati, S.P., selaku pengelola dapur MBG di bawah naungan Yayasan Meuseuraya, mengaku telah menerima laporan dari pihak sekolah Azkiya.
Ia menyampaikan permintaan maaf atas insiden tersebut dan berjanji memperbaiki kualitas distribusi makanan ke depannya.
"Kami mohon maaf jika terdapat kekurangan dan kekhilafan terhadap penyajian makanan di Azkiya," ujar Dia.
Darwati juga menjelaskan bahwa ulat atau belatung yang ditemukan bukan berasal dari nasi atau lauk, melainkan dari buah salak yang disajikan tanpa dikupas.
"Ulat itu rupanya keluar dari buah salak yang busuk pak. Kan kita menyediakan buah salaknya tanpa kita kupas. Rupanya ketika ingin dikonsumsi anak-anak didapati lah dari sebagian kecil buah yang busuk," ungkapnya.
Darwati menambahkan, selain di Sekolah Azkiya, pihaknya juga mendistribusikan Program MBG ke beberapa sekolah lain seperti SIT Muhammadiyah Bireuen dan SMAN 3 Bireuen.
Darwati juga menjelaskan bahwa ulat atau belatung yang ditemukan bukan berasal dari nasi atau lauk, melainkan dari buah salak yang disajikan tanpa dikupas.
"Ulat itu rupanya keluar dari buah salak yang busuk pak. Kan kita menyediakan buah salaknya tanpa kita kupas. Rupanya ketika ingin dikonsumsi anak-anak didapati lah dari sebagian kecil buah yang busuk," ungkapnya.
Darwati menambahkan, selain di Sekolah Azkiya, pihaknya juga mendistribusikan Program MBG ke beberapa sekolah lain seperti SIT Muhammadiyah Bireuen dan SMAN 3 Bireuen.
Berikutnya, mereka pun mendistribusikan ke SD Negeri Geulanggang Kulam, dan SD Negeri Geulanggang Teungoh.
"Selain di Sekolah Azkiya, kami juga mendistribusikan ke beberapa sekolah lain seperti SIT Muhammadiyah Bireuen, SMAN 3 Bireuen, SD Negeri Geulanggang Kulam, dan SD Negeri Geulanggang Teungoh, tapi tidak terjadi seperti di Azkia," tutur Darwati.









Social Header