![]() |
Penulis: Muhammad Rissan (Bang Brewok). |
MEUREUDU - Kepemimpinan H. Aiyub Abbas - Dr. H. Said Mulyadi, SE., M. Si (ASLI) di Kabupaten Pidie Jaya berakhir pada Februari 2024, estafet kepemimpinan daerah pemekaran Pidie itu dilanjutkan oleh Ir. Jailani sebagai Penjabat (Pj) Bupati yang dilantik oleh Pj. Gubernur Aceh, Achmad Marzuki kala itu.
Setelah dijabat Ir. Jailani sebagai Pj. Bupati Pidie Jaya, H Aiyub Abbas beraktivitas di Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPR Aceh) sebagai anggota legislatif terpilih hasil Pemilu 2024.
Sedangkan pasangannya H. Said Mulyadi maju dalam kontestasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Pidie Jaya periode 2024-2029 yang diusung oleh Partai Aceh (PA) dan koalisinya mengusung tema "melanjutkan" yaitu melanjutkan pemerintahan sebelumnya.
Dalam sejumlah kampanye di beberapa lokasi H. Said Mulyadi kerap bernarasi bahwa 10 Tahun duet ASLI di Pemerintahan Pidie Jaya dirinya dalam posisi sebagai Wakil Bupati dan tidak memiliki peran signifikan dalam mengambil keputusan, apalagi membuat kebijakan. Pernyataan tersebut sungguh sangat disayangkan.
Pertama narasi tersebut bertentangan dengan prinsip regulasi khususnya Undang-undang No. 32 Tahun 2024 Tentang Pemerintahan Daerah.
Regulasi dimaksud menegaskan bahwa kedudukan Kepala Daerah dan Wakilnya sama dalam hal kepemimpinan pemerintahan sehingga posisi Wakil Bupati tidak dapat menjadi pembenaran untuk totalitas mensejahterakan rakyat Pidie Jaya, apalagi legitimasi politik itu diberikan rakyat selama dua periode (10 Tahun) kepemimpinan mereka.
Kedua, narasi H. Said Mulyadi pula terkesan seolah-olah 10 Tahun duet ASLI di Pidie Jaya berjalan sendiri-sendiri tanpa koordinasi. Ketiga, narasi itu pula mempertegas kepada kita bahwa "kerusakan" tata kelola Pemerintahan 10 Tahun ini karena ulah Bupati yang berjalan sendiri tanpa membuka ruang dan kesempatan dengan Wakil Bupati.
Sebagai rakyat kecil, tentunya kita hanya bisa menyesali pernyataan mantan Wakil Bupati, tanpa bisa berbuat apapun yang lebih berarti. Atas pernyataan Said Mulyadi, kita hanya bisa berdo’a seraya berharap Pidie Jaya akan lebih baik di kemudian hari.
Namun hal itu semua kita kembalikan kepada masyarakat Pidie Jaya, apakah kita tetap mempertahankan terperosok di lubang yang sama atau memilih untuk berani meloncat guna mengukir sejarah baru demi Pidie Jaya yang lebih maju nan meusyuhu.
Social Header