Tiyong DPR RI Gelar Penguatan Relawan Gerakan Kebajikan Pancasila di Bireuen, Aceh

Samsul Bahri bin Amiren, Anggota DPR RI komisi XIII dari Fraksi Golkar memberi sambutan dan arahan terkait pandangan historis yang mendalam terkait hubungan Aceh dan Pancasila (23/9).

BIREUEN - Ratusan masyarakat peserta memadati Aula Universitas Islam Aceh (UIA) Paya Lepas, Kecamatan Peusangan, Kabupaten Bireuen, dalam acara Sosialisasi Penguatan Relawan Gerakan Kebajikan Pancasila Tahun 2025 pada Selasa (23/9/2025).

Acara yang diprakarsai oleh Samsul Bahri bin Amiren, Anggota DPR RI komisi XIII dari Fraksi Golkar bermitra dengan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) ini disambut dengan antusiasme tinggi, melebihi ekspektasi.

Samsul Bahri dalam sambutan dan arahannya memberikan pandangan historis yang mendalam terkait hubungan Aceh dan Pancasila.

Tiyong menyoroti sejarah khusus Aceh sebelum bergabung dengan Republik Indonesia dan menegaskan bahwa masyarakat Aceh sepakat berada dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan syarat, yaitu realisasi dari perjanjian yang tertuang dalam Undang-Undang Pemerintah Aceh.

"Ini adalah bukan titipan saya, ini titipan kami rakyat Aceh. Kami setuju bergabung, tetapi hari ini bicara Pancasila, kita juga harus bicara siapa sesungguhnya yang melanggar dan melawan Pancasila itu sendiri," tegasnya.

Ia mempertanyakan keadilan yang diterima rakyat Aceh, khususnya terkait penerapan Syariat Islam.

Tiyong yang merupakan politisi Partai Golongan Karya tersebut menekankan bahwa ketika hukum Islam diterapkan di Aceh.

Hal itu sering dianggap pelanggaran HAM, sementara penerapan hukum lain di daerah lain dianggap sebagai kebebasan.

"Kami rakyat Aceh siap bergabung dengan Republik ini dan Republik ini juga harus menuntaskan janji yang tertuang dalam MoU Helsinki," tegas Tiyong. 

Disebutkan juga bahwa Aceh memiliki sejarah panjang sebagai "Daerah Modal" kemerdekaan Republik Indonesia, baik secara materi maupun moril. Ia mengingatkan agar sejarah ini tidak dilupakan.

"Jangan sampai kami menuntut Pancasila, tapi Pancasila itu sendiri tidak lagi berwujud pada ujung tombak karena posisinya sendiri tidak dijalankan oleh negara," pungkas Tiyong yang merupakan salah seorang mantan Kombatan GAM tersebut.

Sementara Rektor UIA, Dr. Nazaruddin MA, dalam sambutannya mengungkapkan kebanggaannya melihat partisipasi yang luar biasa.

"Kami sangat bangga dan bahagia," ujar Nazaruddin.

Ia membandingkan acara kali ini dengan kegiatan serupa yang pernah diadakan sebelumnya, di mana jumlah peserta yang hadir jauh lebih sedikit dari yang diundang.

"Hari ini menurut laporan sementara yang hadir 600 orang, mungkin yang hadir lebih. Ini satu kebanggaan bagi kami di kampus Universitas Islam Aceh," tambahnya.

Nazaruddin menekankan bahwa Pancasila bukanlah hal asing bagi masyarakat Aceh. Ia meyakini ideologi Pancasila tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama, mengingat mayoritas anggota Panitia Sembilan adalah umat Islam.

"Kami yakin ideologi Pancasila itu tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama mengingat Panitia Sembilan yang membentuk Piagam Jakarta dulunya didominasi oleh umat Islam," jelasnya.

Cari Blog Ini

© Copyright 2022 - LENTERA NASIONAL