Mengenang Cut Nyak Dien, Pejuang asal Aceh Melawan Belanda


Cut Nyak Dien lahir pada tahun 1848 di wilayah Lampadang, Aceh Besar, dari keluarga bangsawan yang sangat menjunjung tinggi nilai agama Islam dan budaya lokal. Ayahnya, Teuku Nanta Setia, merupakan seorang pemimpin adat sekaligus pejuang melawan penjajah Belanda.

Pada tahun 1880, Cut Nyak Dhien menikah dengan Teuku Umar, setelah sebelumnya ia dijanjikan dapat ikut turun di medan perang jika menerima lamaran tersebut. Dari pernikahan ini Cut Nyak Dhien memiliki seorang anak yang diberi nama Cut Gambang.

Pada tanggal 26 Maret 1873, Belanda menyatakan perang kepada Aceh, dan mulai melepaskan tembakan meriam ke daratan Aceh dari kapal perang Citadel van Antwerpen.

Pada perang pertama (1873-1874), Aceh yang dipimpin oleh Panglima Polim dan Sultan Machmud Syah bertempur melawan Belanda yang dipimpin Johan Harmen Rudolf Köhler.

Pasukan Aceh yang dipimpin oleh Panglima Polim dan Sultan Mahmud Syah berhasil mengalahkan Belanda. Bahkan, Jenderal Köhler tewas dalam pertempuran tersebut pada April 1873.

Setelah Teuku Umar gugur dalam peperangan melawan belanda, Cut Nyak Dien memimpin perlawanan melawan Belanda.

Perjuangan panjang dan tanpa henti akhirnya membawa Cut Nyak Dien akhirnya terhenti setelah Belanda menyerang markas Cut Nyak Dien di Beutong Le Sageu.

Setelah ditangkap, Cut Nyak Dhien dibawa ke Sumedang pada tahun 1906, Pada tanggal 6 November 1908 Cut Nyak Dhien meninggal dunia dan dimakamkan di Gunung Puyuh, Desa Sukajaya, Sumedang Selatan.

Cut Nyak Dhien diakui oleh Presiden Soekarno sebagai Pahlawan Nasional Indonesia melalui SK Presiden RI No.106 Tahun 1964 pada tanggal 2 Mei 1964.

Makam Cut Nyak Dhien pertama kali dipugar pada 1987 dan dapat terlihat melalui monumen peringatan di dekat pintu masuk yang tertulis tentang peresmian makam yang ditandatangani oleh Gubernur Aceh Ibrahim Hasan pada tanggal 7 Desember 1987.

Perjuangan Cut Nyak Dien diinterpretasi dalam film drama epos berjudul Tjoet Nja' Dhien pada tahun 1988 yang disutradarai oleh Eros Djarot dan dibintangi Christine Hakim sebagai Tjoet Nja' Dhien, Piet Burnama sebagai Pang Laot, Slamet Rahardjo sebagai Teuku Umar dan juga didukung Rudy Wowor. 

Film ini memenangkan Piala Citra sebagai film terbaik, dan merupakan film Indonesia pertama yang ditayangkan di Festival Film Cannes pada tahun 1989. (Dikutip dari Berbagai Sumber)


Cari Blog Ini

© Copyright 2022 - LENTERA NASIONAL