Ukuran kecerdasan biasanya dilihat dari intelligence quotient (IQ) atau kecerdasan intelektual dan emotional quotient (EQ) atau kecerdasan emosional. Namun, mana yang lebih penting dalam mencapai kesuksesan hidup?
Pertanyaan yang membandingkan IQ dan EQ, telah lama jadi pembahasan pakar. Selama ini, indikator kecerdasan banyak diukur dari skor IQ. Sementara pakar menyebut, EQ sangat penting dalam kehidupan sosial manusia sehari-hari.
Banyak pakar percaya, bahwa ukuran standar kecerdasan berdasarkan IQ terlalu sempit. Sebab, penilaian tidak mencakup seluruh rentang kecerdasan pada manusia.
Kecerdasan Emosional atau EQ Dianggap Lebih Penting
Penulis buku 'Emotional Intelligence' dari psikolog Daniel Goleman mengatakan, kecerdasan emosional (EQ) lebih penting daripada IQ. Terutama dalam hal kemampuan teknik untuk kehidupan sehari-hari.
Meski begitu, ia menekankan bahwa keduanya baik EQ maupun IQ merupakan hal yang penting. Menurutnya, IQ bisa menjadi faktor penentu dalam pengaplikasian konsep pemikiran saat menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi.
Sementara EQ, sangat penting dalam memahami situasi, kondisi, dan hubungan dengan orang lain. EQ juga menjadi faktor penting dalam komunikasi sosial.
Psikolog Howard Gardner, juga berpendapat, IQ dan EQ sama pentingnya. Karena setiap orang memiliki kekuatannya masing-masing.
Namun, Gardner mengatakan, kemampuan memahami dan mengekspresikan emosi (pada EQ) mungkin lebih penting bagi orang dalam menjalani hidup, sebagaimana dilansir VeryWell Mind.
Mana yang Lebih Unggul dalam Mendukung Kesuksesan Hidup?
Selama ini, IQ dianggap sebagai penentu utama kesuksesan. Orang-orang dengan IQ tinggi diasumsikan menjalani hidup yang penuh prestasi, seperti karier yang lancar, pendapatan tinggi, dan lebih sehat.
Meski begitu, EQ telah dipandang sebagai hal kompleks yang menentukan kesuksesan. Psikolog John Mayer, yang mempelajari emosi dan pikiran, dan Peter Salovey, yang mempelajari emosi dan perilaku, merumuskan konsep kecerdasan emosional: kemampuan untuk mengenali, memahami, dan mengekspresikan emosi diri sendiri, serta kemampuan untuk mengenali, memahami, dan merespons emosi orang lain.
Dalam pengertian tersebut, EQ banyak dibutuhkan di berbagai hal. Penelitian telah menunjukkan bahwa EQ merupakan prediktor kesuksesan yang lebih baik daripada IQ.
Dikutip dari The International Honor Society in Psychology, individu dengan EQ tinggi berfokus pada hal-hal positif. Misalnya mendengarkan sebelum mengambil keputusan, mengakui kesalahan, menunjukkan empati, dan menangani emosi negatif dengan tepat.
Kemampuan tersebut banyak dibutuhkan oleh industri. Hal ini turut didukung oleh sebuah studi tahun 2019 yang menemukan bahwa 59% perusahaan mengatakan mereka tidak akan mempekerjakan seseorang yang memiliki IQ tinggi tetapi EQ rendah.
Ada beberapa alasan kenapa EQ lebih dipilih sebagai pendukung kesuksesan, antara lain:
- Mampu membangun kerja sama tim yang baik
Orang dengan EQ tinggi mahir membangun hubungan positif, menyelesaikan konflik, dan menciptakan suasana yang harmonis dalam tim. Kemampuan mereka untuk berempati dengan orang lain dan merespons kebutuhan orang lain dengan empati memungkinkan terjalinnya koneksi yang lebih kuat.
- Memiliki komunikasi sangat baik
Orang dengan EQ tinggi lebih mampu berkomunikasi dengan orang lain dan lebih mungkin memahami perspektif orang lain. Hal ini meningkatkan hubungan interpersonal dan menghasilkan kolaborasi yang lebih baik. Kemampuan ini bisa memberikan dampak positif pada budaya tempat kerja dan memperkuat tim, sehingga penting bagi kesuksesan bisnis.
- Tangguh dalam Beradaptasi
Orang dengan kecerdasan emosional tinggi mampu menangani tekanan pekerjaan mereka. Ketika keadaan menjadi sulit, mereka mengelola stres dengan lebih efektif. Mereka juga mampu bangkit kembali dari krisis dan beradaptasi dalam situasi yang berubah.
Saat sulit, mereka mampu membela diri dan secara proaktif mencari dukungan saat dibutuhkan. Hal ini menghasilkan individu yang lebih bahagia. (detik.com)
Social Header